Bisnis  

Klaim Pengangguran AS Makin Banyak, Dolar Turun ke Rp15.500

Klaim Pengangguran AS Makin Banyak, Dolar Turun ke Rp15.500

Melex.id –

Jakarta – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca data ketenagakerjaan AS tercatat semakin mendingin dan berimplikasi inflasi AS ke depannya semakin melandai.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka menguat hitungan Rp15.500/US$ atau terapresiasi 0,25%. Penguatan ini berkebalikan dengan pelemahan yang digunakan terjadi kemarin (16/11/2023) sebesar 0,06%.

Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.02 WIB turun tipis 0,01% menjadi 104,34. Angka ini tambahan rendah dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (16/11/2023) yang mana hal tersebut berada dalam nomor 104,35.

Fluktuasi rupiah hari ini dipengaruhi oleh rilisnya data klaim pengangguran AS kemarin malam (16/11/2023).

Pengajuan tunjangan pengangguran naik 13.000 dari 218.000 menjadi 231.000 untuk pekan yang mana digunakan berakhir 11 November 2023. Angka itu merupakan tertinggi dalam tiga bulan. Permohonan klaim pengangguran dipandang mewakili jumlah keseluruhan keseluruhan PHK pada minggu tertentu.

Sementara itu, jumlah keseluruhan keseluruhan orang yang digunakan yang disebut mengumpulkan tunjangan pengangguran dalam AS meningkat selama delapan minggu berturut-turut ke bilangan bulat tertinggi dalam tujuh bulan sebesar 1,86 jt dari yang digunakan sebelumnya 1,83 juta.

Peningkatan bertahap dalam klaim yang tersebut mana berkelanjutan ini merupakan tanda bahwa penduduk membutuhkan waktu tambahan banyak lama untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Selain itu, kenaikan klaim pengangguran ini juga mengindikasikan bahwa data ketenagakerjaan AS sudah mulai mendingin yang digunakan digunakan menggalang landainya inflasi ke depannya lalu menekan pertumbuhan dunia bisnis AS.

Sebagai informasi, AS telah dilakukan dijalankan melaporkan inflasi merekan melandai tajam ke 3,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, dari 3,7% (yoy) pada September.

Hal ini kemudian disambut positif oleh pasar dengan keyakinan para pelaku pasar bahwa bank sentral AS (The Fed) tak akan kembali menaikkan suku bunganya pada area pertemuan mendatang.

Untuk diketahui, The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 525 bps menjadi 5,25-5,50% yang telah mengerem perekonomian lalu pasar tenaga kerja selama hampir dua tahun serta membendung tingginya inflasi pasca perang Rusia-Ukraina. Alhasil, bank sentral menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali sejak Maret 2022 sebagai bagian dari upaya tersebut.

Lebih lanjut, biaya minyak yang digunakan mana menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi juga menunjukkan pelandaian belakangan ini.

Harga minyak pada perdagangan Kamis (16/11/2023) anjlok berjamaah. Dimana minyak WTI terjun 4,83% pada area posisi US$72,96 per barel serta minyak brent jatuh 4,52% di area tempat posisi US$77,51 per barel.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Artikel Selanjutnya Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di tempat dalam Money Changer

Sumber : CNBC