Berita  

Soeharto Dianggap Siapkan Mba Tutut Pewaris Takhta Presiden

Soeharto Dianggap Siapkan Mba Tutut Pewaris Takhta Presiden

Melex.id –

Jakarta – Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, resmi menjadi calon perwakilan presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto usai mendaftarkan diri ke KPU pada Rabu (25/10).

Pencalonan ini menuai polemik akibat Gibran bukan cuma Walikota Solo, tetapi putra dari Presiden Jokowi. Dari segi hukum memang bukan ada masalah. Namun, banyak orang memandang pencalonan ini upaya Jokowi dianggap menciptakan dinasti kebijakan pemerintah supaya trah kepemimpinannya berlanjut.

Soal ini, Jokowi memang sudah membantah. Akan tetapi, dalam narasi sejarah peristiwa mirip seperti ini pernah juga terjadi pada dalam era Soeharto. Tepatnya, ketika Soeharto mempersiapkan skenario agar Tutut menjadi Presiden Indonesia menggantikan dirinya, kendati kita semua tahu itu tak terlaksana.

Bagaimana ceritanya?

Skenario ini dipaparkan oleh akademisi Salim Said dalam bukunya Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto (2016). Di tahun 1997, Said menulis analisis panjang untuk menjawab pertanyaan Panglima ABRI, Jenderal TNI Feisal Tanjung, permasalahan “ke mana arah Mbak Tutut (putri Presiden Soeharto)?”

Ketika itu, Tutut adalah Ketua Fraksi Golkar pada dalam MPR. Banyak pihak menduga keterlibatan keluarga Cendana di dalam tempat Golkar terkait erat dengan suksesi kepemimpinan Soeharto. Tutut kemudian menjadi sorotan dikarenakan banyak pihak menduga suksesi calon jatuh ke tangannya. Kebetulan Salim Said kala itu adalah penasihat fraksi Golkar pada dalam MPR yang cukup dekat dengan Tutut. 

“Saya sanggup berbuat banyak dalam menyarankan koreksi serta perubahan draft GBHN yang hal tersebut dibahas dalam rapat-rapat BP-MPR tersebut. Saya duduk dalam tempat samping Ketua Fraksi, sehingga cukup banyak usul yang digunakan hal itu berhasil dia adopsi,” kata Said menegaskan kedekatannya dengan Tutut. 

Dengan posisi demikian, Said menyakini Soeharto sedang mempersiapkan Tutut untuk menggantikan dirinya. Persiapan ini sudah dijalankan sejak tahun 1993. Kala itu, Soeharto  memperkuat anaknya, Tutut dan Bambang, untuk terjun ke dunia kebijakan pemerintah dengan menjadi pengurus Golkar. 

Tidak tanggung-tanggung, posisi Tutut dalam dalam Golkar saat pertama kali masuk cukup mentereng. Mengutip Rickfles dalam Sejarah Indonesia Modern (2009), Tutut diberi jabatan Wakil Ketum Golkar mendampingi Ketum Harmoko yang mana merupakan orang sipil pertama yang digunakan dimaksud mampu menduduki posisi puncak Golkar. Sementara Bambang didapuk sebagai bendahara.

Menurut Said, pemberian posisi kepada Tutut pada Golkar bukan satu-satunya cara Soeharto mempersiapkan pengganti. Soeharto juga berupaya menyatukan Tutut dengan dua kekuatan besar, yakni ABRI serta kekuatan Islam, khususnya dari kalangan NU terutama Gus Dur.

Singkat cerita, strategi Soeharto ini berhasil. Tutut yang sering mendampingi bapaknya usai ibu negara wafat, semakin dikenal baik dalam dalam kalangan akar rumput atau elite. Ketika pemilihan umum 1997 memenangkan Golkar, Tutut lantas diberi jabatan yang tambahan besar strategis, yaitu Ketua Fraksi Golkar dalam area MPR.

Nah, di dalam dalam jabatan baru inilah Said meramalkan kalau Tutut akan datang menjadi anggota kabinet sebagai langkah Soeharto mengarahkan anaknya sebagai pemimpin masa depan.

“Anda lihat nanti dalam kabinet mendatang, Tutut akan jadi Menteri Sosial atau Urusan Wanita,” kata Said di dalam area tahun 1997. Tak cuma itu, dia juga memprediksi setelah menjadi menteri Tutut calon menjadi Ketua Umum Golkar. Setelah jadi ketua umum, Tutut bakal menjadi Presiden Indonesia. 

Tak butuh waktu lama untuk membuktikan ramalan itu. Setahun kemudian, di tempat dalam Maret 1998, Soeharto mengumumkan kabinet baru. Dia mengangkat Tutut sebagai Menteri Sosial. Artinya, prediksi Salim Said 100% benar. 

Sayangnya, untuk prediksi yang digunakan hal itu kedua 100% meleset. Dua bulan setelah pengangkatan, reformasi terjadi. Kabinet bubar kemudian Tutut tak lagi berada dalam tempat lingkar kekuasaan. Langkah Tutut pun terhenti. 

“Seandainya tidaklah terjadi reformasi, maka di dalam tempat sidang MPR 5 tahun berikutnya, Soeharto akan melengserkan diri juga mengarahkan agar penggantinya adalah pimpinan partai yang dimaksud yang paling besar pendukungnya. Ketika ini terjadi, Tutut sudah jadi Ketua Umum Golkar. Jadilah putri sulung itu pewaris kekuasaan ayahanda,” tulis Said.

Artikel Selanjutnya Prabowo serta Sosok Cawapres Terkuat Bertemu pada dalam Solo, Ngapain?

Sumber : CNBC